Hai moms, gimana kabar hari ini?
Masih tetap semangat membersamai si kecil? Kalau Hari ini merasa lebih lelah dari biasanya, tidak mengapa, wajar, manusiawi. menjadi lelah, menjadi lebih sensitif dari biasanya, menjadi kurang bersemangat, itu adalah sebuah proses. Proses kita bertumbuh. Proses yang harus kita jalani agar kita menjadi ibu yang semakin hebat, ibu yang lebih kuat.
![aktualisasi diri ibu rumah tangga aktualisasi diri ibu rumah tangga](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5BwWP4G2-2eu1Tb7k9NLG0XaYt5nxDQmj4OPGhjRWd7mQsiAsUREElpBSpcGx90WUkiAeCss7MtRaJmRL1MPDMA4JkncchrHwtF3Tf7eLw5JZjwinZQ4rwXORDJOgaYs2HW3sfoymsFu4/w242-h320/1607622018783604-0.png)
Pernahkah moms, saat sedang menjalani hari-hari dirumah, rasanya jenuh sampai uring-uringan, merasa pekerjaan tak pernah ada habisnya atau merasa kurang berharga? Itu hal yang manusiawi. Saya pun merasakan hal tersebut. Terkadang, lelah dengan pekerjaan setiap hari yang selalu berulang tak ada habisnya membuat kita jadi merasa teramat sangat jenuh. Pernah dengar sebuah quotes, "housework: no one notice when you do it, but everyone notice when you do it". Itulah kenapa ketika sosok ibu sudah tidak ada di dunia ini suasana rumah seperti kehilangan jiwanya, ya karena tanpa kita benar-benar sadari, sosok ibulah yang menghidupkan rumah selama ini, tapi kitanya yang kurang peka akan apa yang sudah dikerjakan ibu di rumah.
Posisi ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan pun terkadang membuat seorang ibu merasa tidak seberguna itu. Apalagi ketika ibu yang tidak bekerja waktunya sehari-hari habis didalam rumah hanya untuk urusan domestik rumah, disitulah terkadang yang membuat seorang ibu merasa dunianya saat ini terasa kecil, ketika Hari-harinya selalu habis karena disibukkan dengan urusan rumah tangga dan mengurus anak. Padahal, seorang ibu mempunyai tiga peran sekaligus yakni perannya untuk anak, suami dan juga untuk DIRI SENDIRI. Kitalah yang bertanggung jawab akan kebahagiaan jiwa kita sendiri. Itu kenapa penting sekali waktu me time, yang sangat kita butuhkan untuk kembali mengalirkan energi positif, dan menemukan kembali diri kita agar tetap waras menjalani hari-hari. Waktu me time itu kita yang ciptakan, seperti nyeduh indomie dan bikin es kopi saat anak-anak tidur, nonton drama Korea, membuat kue atau mencoba resep baru bila hobi memasak, berjualan online, mendengar kajian online, scrolling / membaca atau menyempatkan waktu yang ada untuk menulis adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan mood lagi, agar kemudian lebih siap lagi saat harus menghadapi tingkah polah si kecil saat terbangun nanti.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIT1Tuqsb_9uPhsVXGNm2wp29wj5NaRVOJlKgiRwX5uD4I6OLpnLLDOP3mGlOJXdY9T6vmq6b5sXh3TR1EJZuabGNfzPs3PZ6Ef1BsuSmAoQuxLkLEVHuIfPLmnKyo1snQ7rNkbgr5bMqR/w228-h320/1607622388572591-0.png)
Psikolog keluarga ratih zulhaqqi dalam wawancaranya pada CNN indonesia mengatakan, "menjadi ibu rumah tangga bukan berarti menangisi nasib mereka kesepian ditinggal pasangan (bekerja) atau capek mengurus anak di rumah. Mereka berhak bahagia Dan mencari kebahagiaan itu, karena itu tanggung jawab diri sendiri". Dengan menjadi ibu rumah tangga, kebahagiaan itu dapat dicapai dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan proses mengoptimalkan potensi yang ada pada diri sendiri. Saat proses ini bisa tercapai, seseorang akan merasa lebih berharga, Karena merasa sudah melakukan sesuatu untuk dirinya dan juga memberikan manfaat kepada orang lain. Bentuk aktualisasi diri ini jelas bermacam-macam, bisa dengan terjun dalam komunitas, aktif dalam kegiatan pengajian atau kegiatan sosial, bila hobi membuat kue bisa dengan mencoba berbagai resep untuk meningkatkan kemampuan sehingga bisa berjualan kue, atau menulis seperti yang saya lakukan saat ini.
Mengutip dari artikel ayahbunda yang membahas mengenai kebahagiaan ibu rumah tangga dan aktualisasi diri, perempuan seolah-olah merasa semuanya adalah beban perempuan, beban para ibu yang harus mengkondisikan rumah agar tetap nyaman, makanan tersedia. semua hal rasanya ujung tombaknya pasti di ibu. Begitupun suasana hati ibu, saat suasana ibu hati ibu buruk, rumah mungkin bisa jadi kayak neraka bukan, begitu kata artikel-artikel yang seringkali saya baca. Awal-awal mungkin ibu masih merasa happy Dan baik-baik saja, tapi ternyata suasana hatinya pun fluktuatif apabila sudah diserang rasa lelah yang berujung jenuh. Rasa lelah itulah yang menyebabkan ibu terkadang merasa kehilangan diri sendiri, merasa bingung dengan kemauan diri sendiri, merasa diri sendiri bukan diri yang dulu lagi, "kayaknya saya bukan diri saya yang dulu, apa yang sebenarnya saya mau?". Dan menurut psikolog klinis anak, remaja, dan keluarga, Roslina Verauli dalam wawancaranya dengan ayahbunda dalam Instagram live bersama parenting Indonesia, ini adalah hal yang lumrah. Perasaan tersebutlah yang mengidentifikasi bahwa seseorang sedang dalam keadaan tidak bisa menyalurkan potensi dalam dirinya dalam aktualisasi diri.
Dari sebuah kisah dan juga Sumber yang saya baca, seorang ibu yang selama hidupnya hanya menghabiskan seluruh waktunya untuk mengurus domestik rumah tangga Dan mengurus anak, suatu saat, ketika anak-anak sudah semakin dewasa Dan sibuk dengan dunianya masing-masing. Maka, ibu yang selama ini dunianya hanya seputar anak-anaknya dan urusan domestik rumah tangga, maka di fase tersebut ibu akan merasa dunia kecilnya 'hilang', merasa sendiri, sepi, anak-anak tidak seperti dulu lagi yang kemana-mana nemplok dan ngintilin ibunya. Suami pun dari dulu sudah punya dunia pekerjaannya. Disitulah psikis ibu akan diuji. Apa yang harus aku lakukan, untuk diriku. Oleh Karena itu, penting bagi ibu untuk melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri, self love istilahnya, jangan lupa untuk menyayangi diri sendiri, karena hidup terus berjalan, Kita bukan hidup untuk waktu saat ini saja. Dan bahagia Kita, kita yang ciptakan.
Jujur, saya pun mengalami fase-fase seperti yang saya sudah jabarkan diatas. Melihat pasangan yang berproses dari awal hingga saat ini, dimana bekerja dikantor pasti mengalami upgrade skills dan juga pengalaman, saya makin merasa Dan bertanya-tanya, apa yang saya upgrade dari diri saya kecuali hal-hal yang terkait pekerjaan domestik rumah? Upgrade skill me menyapu? Sepenting itukah menyapu untuk pengembangan diri? Saya tidak minat sama sekali bikin kue seperti teman yang suka baking, jualan pun saya gak bermental bisnis dan gak dapet feel untuk jualan. Sehingga saya sampai pada titik bertanya pada diri saya sendiri, 'apa sih yang ingin saya lakukan untuk diri saya sendiri? , Apa sih yang saya suka?' saya tau betul kalau saya sangat suka menulis. teman-teman dekat saya sudah kenal sekali kalau saya menulis, panjangnya bisa ngalahin panjang kereta commuter line. Aktivitas menulis ini saya cicil saat sebelum tidur, atau saat dikamar Mandi, atau saat lengang teringat sebuah kalimat langsung saja saya tulis di notes HP, kemudian saat anak-anak sudah tidur baru diposting di sosial media. Saya sudah melakukan kegiatan menulis sejak lama. Bahkan sejak SMP, SMA saya suka menulis cerpen sendiri di buku tulis Dan menulis diary juga tentunya. saat kuliah, saya punya blog Dan juga sempat magang jadi reporter kampus untuk meliput Dan menulis berita di majalah kampus. Tugas-tugas kuliah pun dengan senang hati saya kerjakan sampai begadang. Setelah kerja, saya sudah mulai melupakan kegiatan menulis ini karena waktunya habis tergerus, Dan sempat mulai menulis lagi saat anak pertama baru lahir sampai sebelum satu tahun, saya masih suka menulis mengenai perjuangan menyusui dimana akhirnya bisa berinteraksi dengan ibu muda yang mengalami Hal yang sama, berbagi semangat Dan manfaat. Namun, dengan berbagai tantangan Dan tuntutan dalam hidup, saya melupakan kegiatan menulis tersebut. Yang tanpa saya sadari bahwa menulis adalah sebuah jalan untuk saya menemukan diri sendiri saat sedang kehabisan baterai, membuat saya lebih berarti, dan juga mengobati hati. Menyalurkan energi yang negatif dan mengubahnya menjadi kegiatan yang positif. Bonusnya, merasa diri sendiri jadi berharga ketika ada orang lain yang mendapatkan manfaat dari apa yang saya bagikan.
Setelah saya menulis kembali, saya merasa sedikit demi sedikit mendapatkan energi, merasa lebih hidup, ada kegiatan yang saya lakukan untuk diri saya sendiri dengan menggunakan potensi yang dimiliki. Semoga saya istiqomah untuk tetap menulis, menulis Hal yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain, Dan juga memberikan manfaat untuk kesehatan jiwa diri sendiri. Karena, bahagia kita itu, kita yang ciptakan, tanggung jawab kita sendiri.
#janganlupabahagia
0 komentar:
Post a Comment