Tiga alumni Universitas Indonesia (UI), Rudy Badil, Luki Sutrisno dan Nessy Luntungan penulis otobiografi Soe Hok Gie yang dituangkan dalam buku berjudul “Sok Hok Gie Sekali Lagi” diluncurkan secara resmi pada Rabu (16/12) bertempat di Pusat Studi Jepang, Kampus UI, Depok. Peluncuran buku ini ditandai dengan diserahkannya buku tersebut secara simbolik dari Sekretaris UI yang mewakili Rektor, Prof. Dr. I Ketut Surajaya M.A kepada Rudy Badil.

Soe Hok Gie adalah aktivis UI angkatan 1966 yang juga merupakan salah satu pendiri Mahasiswa Pencipta Alam (MAPALA UI). Gie, panggilan akrab Soe Hok gie, sosok yang dikagumi oleh teman-temannya maupun orang lain karena pemikiran –pemikirannya yang cerdas dan sikapnya yang tegas dan berani dalam mengkritisi jalnnya pemerintahan Orde Lama. Buku tersebut memuat perjalanan Soe Hok Gie saat dirinya hidup dan beberapa tulisan mengenai dirinya dan teman – temannya. Informasi dan peristiwa yang dipaparkan di dalam buku ini adalah informasi dan peristwia yang berlangsung 40 tahun yang lalu, namun masih terasa jelas benang merahnya dengan situa bangsa saat ini. Menurut Rudi Badil, “Buku ini dibuat untuk mengenang Gie melalui pemikirannya.”

Penyelenggaraan acara tersebut bertepatan dengan 40 tahun meninggalnya Gie pada tanggal 16 Desember 1969 di Puncak Gunung Semeru, Malang, Jawa Timur. Dalam acara tersebut hadir juga beberapa orang terdekat Gie semasa hidupnya, seperti Kartini Sjahrir, Aristides Katoppo, Herman Onesimus Lantang, Maman Abdurachman, Wiwiek Anton Wijana, dan Freddy Lodewijk Lasut yang juga merupakan anggota Mapala UI. (Vra)
Soe Hok Gie adalah aktivis UI angkatan 1966 yang juga merupakan salah satu pendiri Mahasiswa Pencipta Alam (MAPALA UI). Gie, panggilan akrab Soe Hok gie, sosok yang dikagumi oleh teman-temannya maupun orang lain karena pemikiran –pemikirannya yang cerdas dan sikapnya yang tegas dan berani dalam mengkritisi jalnnya pemerintahan Orde Lama. Buku tersebut memuat perjalanan Soe Hok Gie saat dirinya hidup dan beberapa tulisan mengenai dirinya dan teman – temannya. Informasi dan peristiwa yang dipaparkan di dalam buku ini adalah informasi dan peristwia yang berlangsung 40 tahun yang lalu, namun masih terasa jelas benang merahnya dengan situa bangsa saat ini. Menurut Rudi Badil, “Buku ini dibuat untuk mengenang Gie melalui pemikirannya.”
Penyelenggaraan acara tersebut bertepatan dengan 40 tahun meninggalnya Gie pada tanggal 16 Desember 1969 di Puncak Gunung Semeru, Malang, Jawa Timur. Dalam acara tersebut hadir juga beberapa orang terdekat Gie semasa hidupnya, seperti Kartini Sjahrir, Aristides Katoppo, Herman Onesimus Lantang, Maman Abdurachman, Wiwiek Anton Wijana, dan Freddy Lodewijk Lasut yang juga merupakan anggota Mapala UI. (Vra)
0 komentar:
Post a Comment