Pages

Showing posts with label liputan dan seminar. Show all posts
Showing posts with label liputan dan seminar. Show all posts

Wednesday, March 28, 2012

Promosi Doktor Marko Mahin: "Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah"

Marko Mahin (40) memperoleh gelar Doktor dalam Bidang Antropologi setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Kaharingan: Dinamika Agama Dayak di Kalimantan Tengah" pada sidang terbuka Senat Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) di bawah pimpinan Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono M.Sc Dekan FISIP UI, pada hari Selasa (29/12) bertempat di Gedung F Ruang AJB FISIP, kampus Depok.

Bertindak sebagai promotor Prof. Dr. Robert M.Z Lawang dengan Ko-Promotor Dr. Iwan Tjitradjaja serta dewan penguji Prof. DR. Sulistyowati Irianto, Prof. DR. Achmad Fedyani Saifuddin, DR. Harry Kustanto, dan DR. Tony Rudyansjah. Hasil yudisium dengan predikat “Cum Laude” telah berhasil diperoleh oleh pria yang pernah menerima beasiswa dari Global Ministry International – USA ini.



Marko Mahin menyelesaikan pendidikan S2 Master of Arts (MA) di Fakultas Teologi, Universitas Leiden-Belanda pada tahun 2003. Selain masih tercatat sebagai staff pengajar di Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evengelis (STT-GKE) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, hingga kini marko juga masih aktif dalam Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika (ANBTI) sejak tahun 2007. Selain itu, ia juga menulis buku dan melakukan penelitian, salah satu project titlenya adalah “Baseline Survey of Knowledge, Attitude and Perception of People Who Live in Buffer Zone of National Park Sebangau in Central Kalimantan – Indonesia.”

Dinamika agama dan budaya terus mengalami perubahan – perubahan yang luar biasa dan merupakan suatu proses yang selalu bergerak secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal ini ditamdai dengan adanya Kaharingan sebagai salah satu bentuk dinamika dari Agama Suku Dayak di Kalimantan Tengah. Kaharingan adalah nama agama masyarakat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Menurut masyarakat Dayak Ngaju, Kaharingan telah ada beribu – ribu tahun sebelum datangnya agama Hindu, Budha, Islam, dan Kristen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2007, di Kalimantan Tengah terdapat 223.349 orang penganut agama kaharingan. Namun, karena kebijakan negara yang hanya mengakui 5 agama resmi, maka Kaharingan dilihat sebagai :adat”, “kebudayaan”, atau “aliran kepercayaan.” Dengan demikian, para penganut agama Kaharingan secara tidak langsunh diklasifikasikan sebagai orang-orang yang “belum beragama” atau “tidak beragama”. Karena mereka dipandang tanpa agama, maka dalam iklim politik Indonesia yang khas mereka bisa dengan mudah dituding sebagai komunis, pemberontak dan musuh Negara. Agar dapat eksis sebagai entitas sosial, politik, budaya dan agama di panggung kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah dan Indonesia, para aktivis Kaharingan dengan sadar melakukan praktik – praktik sosial tertentu. Beberapa strategi dan siasai dibangun dan terbangun untuk memperoleh relasi dan posisi yang menguntungkan secara sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.


Secara teoritis, penelitian ini memperlihatkan bagaimana politik kultural dan keagamaan terbangun dan dibangun oleh para penganut agama Kaharingan ketika berhadapan dengan struktur – struktur objektif yang ada di sekitar mereka. Dalam tulisan ini para penganut Kaharingan dilihat sebagai individu-individu yang aktif, atau sebagai subjek yang menjalani proses dialektika kehidupan yang terus menerus melakukan dialog dengan agen – agen yang lain. Mereka dipandang sebagai satu kelompok masyarakat yang memiliki teori tentang dunia dan tempat mereka di dalamnya yang meliputi model – model tentang bagaimana dunia ini, bagaimana dunia seharusnya, keberadaan manusia serta kosmologi.(Vra)

Peresmian Masjid At-Tauhid Arief Rahman Hakim UI

Masjid kampus memiliki fungsi yang sangat strategis. Selain bisa dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan ke-islaman mahasiswa, masjid kampus juga dapat sekaligus membentuk pribadi intelektual yang jernih. Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Prof. Dr. H. Nassarudin Umar, M.A, ketika meresmikan Masjid Attauhid Arief Rahman Hakim (ARH) di Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba Jakarta, Selasa (29/12). Acara peresmian masjid ini ditandai dengan penandatanganan prasasti.

Peresmian Masjid At-Tauhid ARH dihadiri oleh Syeikh Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Muthliq selaku Menteri penasehat Dewan Kerajaan, Anggota Majelis Ulama Besar dan Anggota Komisi fatwa, Abdurrahman Dr. Abdullah bin Muhammad Amien Al-Khayat selaku Duta Besar Kerajaan Daudi Arabia untuk Indonesia, Yousif R. Alsharan selaku Duta Besar Emirat Arab untuk Indonesia, Syeikh Ibrahim bin sulaiman An-Nughaimshi selaku Atase Agama Islam Kedutaan besar Kerajaan Saudi Arabia untuk Indonesia, Syeikh Dr. Abdurrahim bin Muhammad As-Sudais selaku Imam Khatib Masjidil Haram & Guru Besar Syariah Universitas Ummul Qurra Mekkah, Syeikh Dr. Abdul Muchsin Al Khosim selaku Imam Masji Nabawi serta Duta besar Sudan, Duta Besar Qatar, Duta Besar Afghan, Duta Besar Arab Saudi dan Duta Besar Nigeria. 

Syeikh Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Muthliq mengungkapkan rasa senang dan sukacitanya atas peresmian masjid tersebut. Ia berharap Islam di Indonesia akan semakin maju. Menurutnya, tidak saja di negara – negara muslim, pihaknya juga telah membantu pembangunan masjid – masjid di negara – negara barat.


Dalam sambutannya, Rektor UI Prof.Dr.der.Soz Gumilar Rusliwa Somantri mengungkapkan, Masjid Attauhid Arief Rahman Hakim atau lebih dikenal Masjid ARH UI, awalnya diresmikan pada 16 Agustus 1969 dan sejak tahun 2004 Masjid ARH UI dikembangkan menjadi masjid yang lebih besar dan megah disesuaikan dengan estetika modern dengan tetap mempertahankan nilai sejarahnya. Pemberian nama Arief Rahman Hakim ini merupakan bentuk penghormatan kepada Arief Rahman Hakim yang tewas ketika melakukan unjuk rasa di Istana Kepresidenan. "'Suksesnya renovasi dan pengembangan Masjid ARH UI tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penyelesaian pengembangan Masjid ARH UI di Kampus Salemba telah menelan biaya sekitar Rp 16 miliar. 13 Miliar berasal dari Atase Agama Islam Kedubes Arab Saudi, 1 Miliar berasal dari Pemda DKI, 1 Miliar dari Rektorat UI dan 1 Miliar berasal dari Alumni dan jamaah" ujarnya.(Vra)

Monday, March 28, 2011

6th UI Book Festival 2010

Ikatan Mahasiswa Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia (IMASIP UI)) kembali mengadakan acara UI Book Festival pada hari Kamis hingga Sabtu (11-13/02) bertempat di Gedung IX FIB UI dan sekitarnya. Acara ini ini dibuka dengan tarian Gelipang yang dibawakan para siswa SMAN 87 Jakarta, dihadiri oleh Albert Roring, M.Hum selaku Manajer Kemahasiswaan dan Alumni, Rahadjeng Pulungsari, M.Hum selaku Sekretaris Fakultas serta TamaraA.Susetyo-Salim, M.A sebagai perwakilan dosen Ilmu Perpustakaan.


Universitas Indonesia Book Festival 2010 (UI BOOKFEST 2010) adalah sebuah acara yang mempunyai rangkaian kegiatan yang berlatar belakang pada buku & warisan budaya. Kegiatan yang untuk keenam kalinya ini diselenggarakan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI ini, dihadirkan untuk meningkatkan "Reading Society" yang sudah mulai terbentuk di Indonesia. Oleh karena itu, sasaran kegiatan UI BookFest yang ke-6 ini adalah mahasiswa serta dosen UI, mahasiswa perguruan tinggi di wilayah Jabodetabek, siswa sekolah dasar dan menengah di wilayah Jabodetabek, serta masyarakat umum, Pustakawan, serta Guru di wilayah Jabodetabek, para Bookaholic dari berbagai latar belakang pendidikan. Berbicara mengenai kebudayaan Indonesia memang tidak akan pernah habis. Hal ini dikarenakan begitu beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Untuk mencanangkan budaya membaca serta memberikan informasi dengan membaca kita dapat memiliki wawasan intelektual yang luas, maka panitia pun mengangkat tema "read the book, save the heritage". Maknanya yaitu dengan wawasan intelektual, maka kita pun akan semakin memahami Indonesia itu memiliki banyak sekali kebudayaan yang harus dilestarikan.


Acara ini terbilang cukup ramai, terlihat dari jumlah pengunjung yang datang serta banyaknya acara yang merupakan serangkaian acara dari 6th UI Book Festival 2010. Acara-acara yang berlangsung selama 3 hari tersebut antara lain Talkshow "Green Library", Talkshow "Pemuda Indonesia dengan Budaya", Talkshow meet the authors "The Amazing Trip ala Backpackers", Talkshow "kuni kini ala sejarah, Seminar perpustakaan sekolah, bedah buku "Tanah tabu”, Bedah buku "Menanti Sekarini", Seminar dan lokakarya IT perpustakaan, Lomba Mading "Budaya Indonesiaku", Lomba Masak "Kreasi gado-Gado Betawi", Lomba Dongeng anak "Cerita rakyat dari daerahku", Gelar dongeng anak "kenali Indonesiaku, kenali budayaku", Putar film, pementasan teater dan pentas musik akustik "Kontemporetnika". Kehadiran Guest Star yakni Efek Rumah Kaca, disambut sangat antusias oleh masyarakat umum, Bazaar buku dan non buku yang disediakan dalam acara ini juga turut menyemarakkan nuansa budaya yang kental disajikan di setiap sudut ruangan. Masyarakat juga sangat antusias sekali dengan kehadiran lebih dari 30 penerbit dalam bazaar buku yang menawarkan diskon hingga 60% untuk semua jenis buku dari berbagai subjek.(Vra)

Sunday, March 28, 2010

International Conference on Advanced Computer Science and Information Systems 2009

Fakultas Ilmu Komputer (FASILKOM) Universitas Indonesia menyelenggarakan International Conference on Advanced Computer Science and Information Systems 2009 pada Senin (7/12) bertempat di Pusat Studi Jepang, Kampus UI, Depok.



Konferensi internasional dalam bidang computer dan informasi ini menghadirkan lima invited speakers yaitu T. Usagawa (Kumamoto University, Japan), Steffen Holldobler (Technology Univerisity Dresden, German), Stephane Bressan (Ntaional university of Singapore, SNG), Masahiro Ohka (Nagoya University, JPN) dan K. Sekiyama (Nagoya University, Japan). IACSIS 2009 ini melibatkan para peneliti di bidang ilmu komputer, yang juga berkontribusi dalam pembuatan makalah penelitian. Para pembicara dan pemakalah yang terbaik akan memperoleh penghargaan Best Paper Award ICACSIS 2009. 

Konferensi ini dilaksanakan selama 2 hari. Hari pertama diisi oleh Prof. Steffen Holldobler dengan mengangkat tema, “Cognitive science, computational logic and connectionism.” Kemudian dilanjutkan oleh Prof. Tsuyoshi Usagawa yang mengangkat tema, “Binaural Hearing Model and its applications.” Hari kedua diisi oleh Prof. Kosuke Sekiyama dengan tema, “ Recent Advanced on distributed Robotic Systems”, Dr. Stepahane Bressan dengan tema, “A tutorial on sampling data streams: from reservoir sampling to sliding window sampling” dan Prof. Masahiro Ohka dengan tema, “Recent topics on robotic tactile sensors.” Konferensi ICACSIS 2009 merupakan forum internasional yang menghadirkan para peneliti, mahasiwa dan profesional di bidang ilmu komputer dan sistem informasi, yang berasal dari dalam dan luar negeri, dengan tujuan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, inovasi dan perkembangan informasi terkini mengenai metodologi, teori, dan aplikasi dalam semua aspek system engineering, human machine, interface, dan emerging applications.

Penyelenggaraan konferensi ini adalah sebagai wujud nyata dari upaya bersama untuk mencari peluang guna memanfaatkan teknologi informasi bagi pembangunan bangsa dan negara.Sehingga lebih memacu kreatifitas dan inovasi yang menawarkan gagasan-gagasan segar dalam menciptakan teknologi informasi yang baru. Semua itu sangat besar artinya bagi kemajuan Masyarakat, bangsa dan negara. Masyarakat informasi dan berbasis pengetahuan merupakan masyarakat yang menyadari kegunaan dan manfaat informasi. Masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan. Kita menyakini Teknologi InformasiI adalah salah-satu kiat utama pembangunan peradaban manusia saat ini. Hampir dalam seluruh aspek kehidupan manusia, menjadikan teknologi sebagai sumber bagi peradaban baru. Sumbangan ICT dalam membangun good governance ini amat besar. Penerapan ICT, diharapkan bisa memberi nilai tambah dalam komunitas bahkan dalam kehidupan sebuah bangsa.(Vra)

Kuliah Umum dan Round Table Discussion, “Rural response to climate change: ethics, policies, science in an educational perpective”

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) bekerjasama dengan FISIP UI mengadakan kuliah umum dengan tema “Rural response to climate change: ethics, policies, science in an educational perpective” pada senin (7/12) bertempat di Ruang AJB Bumiputra, FISIP UI, Kampus Depok. Pembicara dalam kuliah umum ini adalah Prof. Kees Stinger, Visiting professor in Africa and Asia Agromet Vision, the Netherlands. 



Kuliah umum yang berlangsung dari pukul 09.00 – 12.00 ini diadakan sebagai wujud kepedulian Universitas Indonesia terhadap perubahan iklim (Climate Change). Dalam kaitannya dengan perubahan iklim, petani adalah barisan terdepan dari elemen bangsa yang merasakan dampak langsung dari perubahan iklim. Petani merupakan titik utama yang harus diperhatikan. Untuk mengidentifikasi masalah tersebut, maka diperlukan upaya-upaya institusional yang dapat mengutamakan kepentingan petani. Kemudian diikuti dengan unsur ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk mendukung kebijakan yang ada. Institusionalisasi yang dimaksud adalah perlunya campur tangan dari institusi pemerintah, pendidikan dan penelitian untuk mendorong kebijakan mengenai climate change yang lebih mengutamakan petani. Pemerintah harus dapat mewujudkan komitmennya terhadap pendidikan di pedesaan baik berupa pendidikan intensifikasi pertanian maupun perubahan iklim. Institusi pendidikan bisa terlibat dengan menyusun berbagai kurikulum yang dibutuhkan atau mengaplikasikan berbagai hasil penelitian yang terkait dengan perubahan iklim. 

Upaya yang sudah dilakukan oleh Indonesia terkait dengan climate change dan kepentingan petani adalah dengan adanya program sekolah lapang iklim untuk para petani. Sekolah lapang iklim ini merupakan program yang telah dilakukan oleh Departemen Pertanian RI sejak tahun 2003 yang bekerja sama dengan BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika). Sekolah lapang iklim ini telah dilakukan di Indramayu karena daerah tersebut merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Namun masih terdapat beberapa kendala untuk mewujudkan pendidikan petani terkait perubahan iklim. Kendalanya adalah masih kurangnya perhatian dan keingin tahuan para petani akan dampak dari perubahan iklim serta penerimaan informasi yang kurang cepat dari para petani itu sendiri. Isu climate change ini merupakan isu yang sangat penting. Sehingga kita perlu memberikan pelatihan kepada para petani dan memberikan informasi yang baik agar mereka terbuka dengan perubahan. Menurut Prof. Kees Stinger, usaha yang telah dilakukan oleh Departemen Pertanian RI tersebut merupakan langkah awal yang dapat dijadikan contoh utnuk Negara-negara yang lain. 



Acara ini kemudian dilanjutkan dengan Round table Discussion, yakni forum diskusi antara Prof. Kees Stinger dengan 25 civitas akademika Universitas Indonesia yang concern terhadap perubahan iklim. Dengan diadakannya acara ini, diharapkan akan timbul kontribusi yang nyata dari civitas akademika Universitas Indonesia dalam mengantisipasi dan mengatasi perubahan iklim. Serta dapat mendorong lebih berkembangnya studi-studi yang terkait dengan perubahan iklim dan formulasi kebijakannya. (Vra)

Promosi Doktor Hendra Kurniawan, “ Kebijakan dan kekuasaan: kajian kasus pelayanan public dan penegakan hukum di wilayah kepolisian resor Depok”

Pekerjaan polisi bukan hanya sekedar dipandang sebagai pekerjaan birokrasi, tetapi juga mencakup pengertian yang sangat luas dalam menjalankan kebijakan organisasi serta menjalin hubungan, baik dengan sesama mereka, mitra kerja polisi yang berasal dari dinas lain maupun yang berasal dari warga masyarakat. Masalah inilah yang diangkat oleh Hendra Kurniawan (33) dalam disertasinya yang berjudul “ Kebijakan dan kekuasaan: kajian kasus pelayanan public dan penegakan hukum di wilayah kepolisian resor Depok.” Hendra berusaha merumuskan kembali gagasan – gagasan mengenai kebudayaan organisasi dan masyarakat birokrasi yang didasarkan pada tindakan dan tingkah laku orang – orang yang memaknai cara – cara mereka dalam bekerja, menjalin hubungan, serta merubah citra diri mereka.



Berindak sebagai promotor Prof. Dr. Achmad Fedyani Saifuddin, dengan ko-promotor Dr. Iwan Tjitradjaja serta para penguji Prof. Dr. Adrianus Meliala, Prof. Dr. Sulistyowati Irianto, Prof. Dr. Farouk Muhammad, Prof. Dr. Robert M.Z Lawang, dan Dr. Tony Rudyansjah. Sidang Akademik dipimpin langsung Dekan FISIP UI, Prof.Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc. Hasil yudisium dengan nilai “memuaskan” diperoleh Pria yang menjadi Ketua Bidang Kebijakan dan Lembaga, Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI-UI).

Kurang lebih satu tahun, Hendra Kurniawan bergaul dengan para polisi yang bekerja di lingkungan kepolisian resor depok dalam pelaksanaan penelitian di lapangan. Dalam waktu yang relatif singkat tersebut, ia berusaha menggambarkan sosok para anggota polisi sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat melalui hubungan interaksi yang dibangun bersama oleh mereka bersama warga masyarakat setempat, terutama yang menggunakan jasa pelayanan kepolisian, baik di lapangan maupun yang secara langsung datang ke kantor polres, polsek – polsek, atau pospol – pospol yang tersebar di wilayah Kota Depok. Menurut Hendra, uraian mengenai situasi dan kondsi kerja polres depok yang dinamis tersebut ditunjukkan oleh situasi kompleks yang dihadapi oleh organisasi kepolisian serta syarat – syarat efektif dan efisien dalam kerja pelayanan publik. Situasi wilayah serta cakupan kerja yang kompleks tersebut mendorong mereka untuk memperluas cakupan tugas – tugas kepolisian yang disesuaikan dengan dinamika masyarakatnya, serta menjadikan aturan dan kebijakan tersebut untuk membangun karakter personil polri pada umumnya. Pola perkembangan kebijakan organisasi polri tersebut disesuaikan dengan kondisi wilayah huku polres depok, terutama pelayanan terhadap permintaan bantuan jasa pelayanan kepolisian. 

Pria yang sudah meneliti sejak tahun 1999 di Kairo, Mesir ini berusaha menyampaikan makna, hakikat kebijakan yang dibuat oleh para polisi adalah bersifat dapat diubah dan diinterpretasi berdasarkan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang mereka miliki. Dalam konteks ini, para polisi yang diamati tidak semata – mata menerima peran –peran mereka sebagai “Pelayan Masyarakat” dan “Penegak Hukum” secara sukarela, dikarenakan mereka selalu berpikir aktif dan bertindak dinamis melebihi peran – peran resiprokal mereka yang sebenarnya,terutama pada saat berada di lapangan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya praktik – praktik pelayanan yang dihasilkan dari hubungan interaksi timbal balik, baik di antara sesama polisi maupun antara polisi dengan petugas dari dinas lain, mitra kerja kepolisian, pengguna jasa, pelapor, pengguna jalan, dan pelanggar hukum. (Vra)

Dies Natalis FIB ke - 69

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) meyelenggarakan peringatan Dies Natalis ke 69th bertemakan “Kembali ke Akar Budaya: Apresiasi Budaya Bali" pada hari Jumat (04/12) bertempat di Auditorium Gedung IX, FIB UI, kampus Depok. Peringatan dies natalis yang berlangsung pada pukul 09.00 – 12.00 ini dihadiri oleh seluruh dosen, mahasiswa, karyawan FIB UI beserta keluarga, jajaran pimpinan, mantan dekan dan para alumni FIB UI.

Peringatan dies natalis ini dibuka dengan persembahan Tari Pendet yang dibawakan oleh mahasiswi FIB UI yang tergabung dalam sanggar tari Ayodya Pala. Kemudian dilanjutkan dengan Laporan dari ketua Umum penyelenggara Dies Natalis FIB UI, Barbara E.L.Pesulima, M.Hum. Di dalam laporan tersebut, dipaparkan berbagai serangkaian kegiatan yang telah dipersiapkan untuk memeriahkan Dies Natalis FIB ini. Rangkaian acara dimulai dengan Seminar Nasional Naskah Digital Nusantara dan Peluncuran Naskah Digital Koleksi FIB-UI (24/11), Pagelaran wayang kulit dengan lakon “Wahyu Ketrentreman” yang bertemakan ruwatan dibawakan oleh dalang Ki Achmad Jumadi Sabdo Kawedhar, S.Kar (2/12), Pameran lukisan Sanggar Wulung “Budaya Tradisional Indonesia” (7-11/12), Forum Budaya “Kearifan budaya dalam menanggulangi bencana alam (7/12), Seminar budaya yang diselengarakan oleh BEM FIB UI (8/12), IWK Day: Seminar dan bazaar cantik dengan kosmetik dan busana tradisional (9/12), Pertunjukkan Ketoprak Sejarah: “Babad demak bintara” yang hampir seluruh pemainnya adalah para dosen dan mahasiswa FIB UI, alumni serta beberapa orang pemain profesional dari Sekar Budaya Nusantara dan setelah itu rangkaian acara akan diakhiri dengan Diskusi Buku dan Konser Puisi Multimedia karya Asrizal Nur (15/12).

Setelah pembacaan serangkaian kegiatan yang memeriahkan peringatan Dies Natalis FIB UI, acara kemudian dilanjutkan dengan persembahan Tari Legong yang diikuti dengan sambutan dari Dekan FIB UI, Dr. Bambang wibawarta. Dalam sambutannya tersebut beliau menjelaskan bahwa banyak sekali hal yang telah dilakukan oleh FIB, seperti pertukaran pelajar, pertukaran dosen, penelitian, pengabdian masyarakat serta kerjasama di segala bidang yakni kerjasama dengan PT. Kereta Api Indonesia untuk kepentingan penelitian budaya, serta International school conference yang diwujudkan dalam summer studies. Namun masih banyak lagi yang harus kita lakukan untuk kedepannya, seperti akan dibuatnya pangkalan data betawi sebagai bentuk dari pengembangan Indonesian studies, sehingga FIB diharapkan dapat menjadi pusat multikulturalisme. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan kerja sama dari kita semua untuk membentuk pondasi dan mempertahankan kontinuitas agar kita dapat bersama-sama menatap masa depan yang lebih baik lagi. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Sekretaris universitas Indonesia, Prof. Dr. I Ketut Surajaya M.A, bahwa FIB diharapkan dapat menjadi tonggak bgai kerjasama internasional di dalam bidang kebudayaan. Untuk kesejahteraan bagi seluruh warga FIB, acara dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dibawakan oleh. Hj. Muchlisin, Staff administrasi perpustakaan FIB UI.

Pada kesempatan yang sama, FIB UI juga memberikan penghargaan yang diberikan langsung oleh dekan FIB UI dan Sekretaris Umum UI kepada para pengajar dan karyawan yang telah memasuki masa purna bakti, mantan pejabat FIB UI, mahasiswa berprestasi dengan IPK tertinggi, peneliti muda, mahasiswa yang ikut berpartisipasi dalam berbagai cabang olahraga di Singapura, pemenang Putri Indonesia, serta dilanjutkan dengan pemberian beasiswa dari Woori Bank untuk mahasiswa Korea. FIB UI juga sebelumnya telah mengadakan sayembara Desain Interior Gedung VII FIB-UI, dan pada acara ini dibacakanlah pemenang II dan III Desain Interior Gedung VII. Pemenang II yakni Faisal Ridwan, S. Sn., dan pemenang III adalah Monika Pongtasik, S.T. IAi. Sebagai bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian masyarakat, FIB UI juga memberikan Penghargaan Kebudayaan kepada dua seniman Betawi Ki Bonang Surya Seniman Dalang Wayang Betawi dan Haji Nirin Kumpul Seniman Topeng Betawi. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi yang tinggi terhadap dedikasi, loyalitas, pengabdian, konsistensi, keunikan, inovasi, kontribusi serta orisinalitas dari kedua seniman ini yang masing-masing telah berperan aktif dalam memajukan dan mengembangkan kedua kesenian Betawi hingga sekarang. Menurut dekan FIB UI, Penghargaan ini telah menunjukkan bahwa seni merupakan perwujudan kreasi tanpa batas yang dapat dilakukan oleh setiap manusia.

Apresiasi terhadap budaya Bali terasa sangat kental di dalam peringatan Dies Natalis FIB UI ke-69 kali ini. Terlihat dari tampilan dekorasi serta persembahan-persembahan yang ditampilkan sebagai wujud kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia. Acara kemudian ditutup dengan persembahan Tari Bali Kreasi Baru dan pemotongan tumpeng oleh dekan FIB UI yang diperuntukkan kepada mantan-mantan Dekan FIB UI sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam memajukan FIB UI yang telah memberikan sumbangsih terhadap kelestarian budaya. (Vra)

The Award Ceremony of UI – POSCO Asia Fellowship

Salah satu tujuan dari Universitas Indonesia adalah menghasilkan kualitas lulusan yang mampu bersaing di pasar global dan kualitas riset yang bertaraf internasional. Oleh karena itu, Universitas Indonesia selalu berupaya untuk membangun jaringan kerjasama yang bersifat international. Bentuk dari kerjasama Internasional tersebut adalah kerjasama Universitas Indonesia dengan POSCO TJ Park Foundation, salah satu perusahaan baja kelas dunia di Korea. POSCO TJ Park Foundation memiliki program di bidang pendidikan yang dinamakan The POSCO Asia Fellowship, yakni program beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa-mahasiswa Asia terpilih. 

POSCO Asia Fellowship memberikan memberikan beasiswa kepada 20 mahasiswa Universitas Indonesia pada Selasa (2/12), bertempat di Ruang Rapat A lantai 2, Gedung PAUI, Kampus Depok. Acara ini dibuka dengan pemutaran Profil Universitas Indonesia, kemudian sambutan dari Rektor UI, Prof.Dr.der.Soz Gumilar Rusliwa Somantri dan sambutan dari Direktur Utama POSCO, Mr. Chung, Joon Yang. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan pemberian beasiswa oleh Direktur Utama POSCO dan Bapak Rektor kepada 20 Mahasiswa yang berasal dari FMIPA, FIB, FKM, FASILKOM, PSIKOLOGI, TEKNIK, dan FISIP serta sepatah kata dari perwakilan mahasiswa.

Pemberian beasiswa ini bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam diri mahasiswa agar dapat menjalankan perannya sebagai generasi muda dan dapat berkontribusi nyata kepada masyarakat. Walaupun saat ini kita sedang mengalami krisis namun kita masih bisa sama-sama membangun untuk menjadi lebih berkembang dan menjadi pemimpin, baik dalam tingkat Asia maupun dunia, ungkap Direktur Utama POSCO TJ Park Foundation. Acara pemberian beasiswa ini kemudian diakhiri dengan pemberian plakat dari pihak Universitas Indonesia kepada POSCO TJ Park Foundation sebagai salah satu bentuk apresiasi.(Vra)

Public Lecture “Justice and Reconciliation in South Africa ”

Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HMIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) menyelenggarakan Public Lecture “Justice and Reconciliation in South Africa ” pada Jumat (11/12) bertempat di Pusat Studi Jepang, Kampus UI, Depok. Acara ini dimoderatori Samuel Gultom, pengajar tidak tetap Departemen Ilmu Politik FISIP UI yang juga bekerja di Yayasan Tifa serta Michael Lapsley, saksi hidup serta korban dari peradilan dan rekonsiliasi di Afrika Selatan.




Public Lecture yang diadakan oleh HMIP ini diadakan sebagai wujud kepedulian terhadap tindak kekerasan serta keadilan transisional yang seharusnya didapatkan oleh setiap manusia dalam mempertahankan Hak Asasinya. Sebagai bukti dari adanya ketidak adilan terhadap korban kejahatan, penyelenggara acara ini mengundang Michael Lapsley yang merupakan saksi hidup serta korban dari tidak adanya keadilan transisional. Michael Lapsley adalah seorang agamawan Gereja Anglikan yang menetap di Afrika Selatan sejak tahun 1973. Ia pernah diusir oleh pemerintah apartheid di Afrika Selatan karena aktivistas kritisnya. Di masa itu ia bergabung bersama African National Congress (ANC) yang bergerilya melawan pemerintah apartheid Afrika Selatan serta konsultan teologis yang mengkoordinir program pendidikan masyarakat tentang apartheid dan ketidak stabilan politik. Pada bulan April 1990 di Harare , Zimbabwe , Michael mendapat paket kiriman dari pemerintah Afrika Selatan yang berisikan bom. Ia harus kehilangan kedua tangannya dan sebelah matanya, serta mengalami kerusakan parah pada gendang telinganya akibat bom tersebut. Tahun 1992 ia akhirnya dapat kembali ke Afrika Selatan dan menjadi tenaga di Trauma Center for Victims of Violence and Torture di Cape Town . Namun, ia tidak mendapatkan keadilan untuk mendapatkan hak –haknya. Dengan keterbatasannya itu, Michael tidak pernah menyerah. Tidak lama kemudian ia meresmikan Institute for Healing of Memories, yang mengembangkan pemulihan bagi korban dan komunitas dari kekerasan yang terjadi akibat konflik dan trauma yang panjang di Afrika Selatan. Organisasi ini yang mendampingi kerja-kerja KKR Afrika Selatan, dan masih terus melakukan proses pemulihan lewat lokakarya pemulihan. Tidak hanya itu, ia juga kerap berpartisipasi dan memberikan kuliah dalam forum-forum internasional dan menulis beberapa buku tentang dampak apartheid, kekerasan dan konflik, serta pemulihan bagi korban konflik dan kekerasan.

Berdasarkan kisah nyata yang telah diurai di dalam acara tersebut, Samuel Gultom memaparkan bahwa hingga kini, keadilan transisional masih belum dikenal apalagi diterima secara luas di Indonesia. Kejahatan–kejahatan serius dipandang bukan sebagai permasalahan bangsa. Korban cenderung diposisikan sebagai subordinat dari kepentingan–kepentingan negara yang dianggap lebih besar. Sehingga keberadaanya tidak boleh menggangu perjalanan ke depan dari kepentingan–kepentingan tersebut. Jika keadilan transisional dipahami sebagai upaya untuk mentransformasi tatanan moral yang anti-demokrasi dan tidak manusiawi yang dihasilkan oleh rezim otoriter diubah menjadi tatanan moral yang demokratis dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, maka sudah seharusnya agenda keadilan transisional diletakkan sebagai salah satu agenda terpenting dalam reformasi. Sebab melalui agenda inilah norma – norma dan kultur politik lama yan tidak dapat digantikan. Dengan diungkapkannya kebenaran, dinyatakannya kejahatan, dihukumnya pelaku kejahatan, dan dipulihkannya hak – hak korban, serta rekonsiliasi maka tatanan moral yang lama secara perlahan akan runtuh.

Walaupun gerakan korban saat ini sudah lebih maju dibanding di masa sebelumnya, namun pada kenyataanya gerakan korban masih belum sanggup mendesakkan aspirasi dan tuntutannya secara signifikan. Oleh karenanya diperlukan pembangunan kapasitas gerakan Koran yang lebih kuat lagi, sambil terus membuka diri terhadap agenda – agenda demokrasi dan HAM yang sejalan dengan tuntutan mereka. Salah satu yang terpenting yaitu pengungkapan kebenaran kepada publik melalui penuturan dari korban. Ruang keterbukaan relatif yang disediakan oleh reformasi juga harus digunakan seoptimal mungkin untuk agenda ini. (Vra)

Indonesia International Migrant Workers Day 2009

UKM Center FE UI (Pusat Usaha Kecil dan Mikro Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ) menyelengarakan seminar “Indonesia International Migrant Workers Day 2009” pada Selasa (15/12) beretmpat di Auditorium FE UI, Kampus Depok. Seminar ini diadakan dalam rangka menyambut “International Migrant Workers Day” pada tanggal 18 Desember yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Acara yang dimulai dari pukul 08.30 – 15.00 ini dibuka dengan sambutan dari Rektor UI, Prof. Dr. Der Soz Gumilar Rusliwa Somantri kemudian dilanjutkan dengan keynote speech dari Dr. Agung Laksono Menteri Koordinator Kesejahteraan Sosial RI. Menko Kesra mengatakan, kita harus memberikan penghargaan kepada para TKI dan TKW yang telah menyumbangkan tenaga dan memberikan manfaat kepada keluarganya, wilayah di kampung halamannya serta Negara Indonesia . Namun para TKI dan TKW seringkali mengalami pelanggaran Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, kita harus memberikan upaya – upaya perlindungan kepada para pekerja imigran tersebut.

Untuk memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja Indonesia dan menjamin kesejahteraan mereka, maka kita harus memulainya dari lingkup dalam negeri terlebih dahulu. Pemerintah Indonesia dapat membuat program pendidikan dan pelatihan untuk para TKI dan TKW, melakukan proses rekruitmen, memberikan jaminan kesehatan, serta pemberian sertifikasi. Hal ini dapat diwujudkan apabila kita mau bersinergi untuk sama – sama memecahkan masalah ini. Saat ini, pemerintah juga sedang bekerja keras untuk membuka lapangan pekerjaan. Hal ini diwujudkan dengan adanya program PNPM Mandiri dan agrobisnis pertanian. Menteri Pendidikan Nasional juga saat ini telah melaksanakan diklat kecakapan hidup untuk memperluas kesempatan kerja bagi warga pedesaan.

Apresiasi yang diberikan pada para TKI dan TKW ini memang sangat terasa di acara ini. Terlihat dari adanya keinginan yang besar dari pihak penyelenggara acara untuk mengadakan berbagai bentuk lomba sebagai bentuk penghargaan terhadap Tenaga Kerja Indonesia. Menurut Dr. Ir Nining I Soesilo, MA selaku ketua pelaksana, sudah seharusnya kita memberikan penghargaan untuk para TKI dan TKW karena kontribusinya yang besar dalam menyumbangkan devisa negara.

Acara seminar terdiri dari tiga sesi paralel. Sesi A bertempat di ruang Tritura FEUI dengan mengangkat tema, Upaya mencari indikator bagi penghargaan The productive Remittance award. Sesi ini dihadiri oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten dari daerah tertinggal, Drs. Syamsu MBA, wakil pimpinan divisi internasional bank BNI sebagai lembaga pengirim remittance dan Maswita, Deputi 6 menko Kesra. Sesi ini membahas mengenai bagaimana peran keluarga TKI dan TKW dalam memanfaatkan remittance untuk menunjang usaha produktif dan perekonomian daerah serta membahas mengenai peran dari lembaga keuangan dan perbankan dalam melayani TKI, TKW, dan keluarganya serta upaya mencatat pemanfaatn remittance untuk sektor produktif.

Sesi B, bertempat di ruang auditorium FEUI dengan mengangkat tema, upaya mencari indikator bagi penghargaan “The Entrepeneurship of Former Migrant Award. ” Sesi ini dihadiri oleh 2 narasumber yakni Mahdi, Deputi Kepala Kantor Bank Indonesia (KBI) Semarang, Pengusaha Eks TKI serta Choirul Djamhari, Phd, deputi kementrian koperasi dan UM RI. Sesi ini membahas mengenai Pengalaman KBI dalam membina Eks TKI dan TKW untuk mengembangkan usaha serta pengalaman nyata dari seorang mantan TKI dan TKW dalam mengubah status dari pencari kerja di luar negeri sebagai TKI hingga bisa menjadi pengusaha yang mampu memberi pekerjaan kepada orang lain di tanah air. Sesi C, bertempat di ruang PGN, Departemen Ilmu Ekonomi FEUI dengan mengangkat tema, Upaya mencari indicator bagi penghargaan The Service Award for Company that Sent Immigrant Overseas.” Sesi ini dihadiri oleh Komjen Pol (Pur) Drs. Nurfaizi, MM, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI), Suharsono, Direktur Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), dan Moh. Jamur Hidayat, Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Sesi ini membahas mengenai bagaimana menghapus stigma penyalur TKI dan TKW sebagai perusahaan yang hanya mengambil keuntungan dalam kesempatan serta peran LPEI dalam menunjang UKM yang mengekspor jasa pengiriman TKI dan TK ke luar negeri. (Vra)

Peluncuran buku “Soe Hok Gie Sekali Lagi”

Tiga alumni Universitas Indonesia (UI), Rudy Badil, Luki Sutrisno dan Nessy Luntungan penulis otobiografi Soe Hok Gie yang dituangkan dalam buku berjudul “Sok Hok Gie Sekali Lagi” diluncurkan secara resmi pada Rabu (16/12) bertempat di Pusat Studi Jepang, Kampus UI, Depok. Peluncuran buku ini ditandai dengan diserahkannya buku tersebut secara simbolik dari Sekretaris UI yang mewakili Rektor, Prof. Dr. I Ketut Surajaya M.A kepada Rudy Badil.


Soe Hok Gie adalah aktivis UI angkatan 1966 yang juga merupakan salah satu pendiri Mahasiswa Pencipta Alam (MAPALA UI). Gie, panggilan akrab Soe Hok gie, sosok yang dikagumi oleh teman-temannya maupun orang lain karena pemikiran –pemikirannya yang cerdas dan sikapnya yang tegas dan berani dalam mengkritisi jalnnya pemerintahan Orde Lama. Buku tersebut memuat perjalanan Soe Hok Gie saat dirinya hidup dan beberapa tulisan mengenai dirinya dan teman – temannya. Informasi dan peristiwa yang dipaparkan di dalam buku ini adalah informasi dan peristwia yang berlangsung 40 tahun yang lalu, namun masih terasa jelas benang merahnya dengan situa bangsa saat ini. Menurut Rudi Badil, “Buku ini dibuat untuk mengenang Gie melalui pemikirannya.”




Penyelenggaraan acara tersebut bertepatan dengan 40 tahun meninggalnya Gie pada tanggal 16 Desember 1969 di Puncak Gunung Semeru, Malang, Jawa Timur. Dalam acara tersebut hadir juga beberapa orang terdekat Gie semasa hidupnya, seperti Kartini Sjahrir, Aristides Katoppo, Herman Onesimus Lantang, Maman Abdurachman, Wiwiek Anton Wijana, dan Freddy Lodewijk Lasut yang juga merupakan anggota Mapala UI. (Vra)

Beijing Forum 2009: The Harmony of Civilizations and Prosperity for All — Looking Beyond the Crisis to a Harmonious Future

Universitas Peking, Komisi Pendidikan Ibukota Beijing dan Korea Foundation for Advanced Studies secara resmi mengadakan Beijing Forum Keenam pada Tanggal 5 – 8 November 2009 bertempat di The Lake View Hotel, DiaoYuTai State Guest House, Yingjie Exchange Center Peking University, Beijing, P.R.China. Acara tersebut terlaksana dengan persetujuan dari Dewan Negara Republik Rakyat China dan di bawah naungan Pemerintah Ibu kotamadya Beijing. Tema umum Beijing Forum 2009 ini adalah "Keserasian Peradaban dan Kemakmuran untuk Semua" yang bertujuan untuk mempromosikan studi kemanusiaan dan ilmu sosial di seluruh dunia. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempromosikan perkembangan akademis dan kemajuan sosial di seluruh dunia dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kesejahteraan umat manusia.

Acara Pembukaan Beijing Forum 2009 ini dilaksanakan di Diao Yu Tai State Guest House. Upacara pembukaan ini dipimpin oleh Min Weifang, Ketua Dewan Universitas Peking dan dihadiri oleh Prof. Hao Ping, Wakil Menteri Pendidikan; Huang Wei, Wakil Gubernur ibukota Beijing; Yusuf Verner Reed, Wakil Sekretaris-Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa; Kim Jae Youl, Presiden Korea Foundation for Advanced Studies; Zhou Qifeng, Presiden Universitas Peking; Zhou Qiren, Dekan & Guru Besar Sekolah Pembangunan Nasional, Universitas Peking, Luo Haocai, Mantan Wakil Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China; Prof. Hao Ping, Wakil Menteri Pendidikan; Huang Wei, Wakil Gubernur ibukota Beijing; Marshall S. Smith, Penasihat Senior untuk Menteri Pendidikan dan Mantan Wakil Sekretaris Pendidikan, Amerika Serikat serta para cendikiawan, sarjana dan undangan dari seluruh dunia. Serta penayangan video pidato sambutan dari Bapak Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB, untuk para peserta yang hadir.



Rangkaian acara dari Beijing Forum 2009 meliputi lima sesi panel, tiga panel khusus dan satu dialog, dengan beberapa sub-tema. Lebih dari 300 pakar dan sarjana dari seluruh dunia telah ikut berpartisipasi dalam Forum diskusi Beijing Forum 2009. Pada kesempatan ini, Universitas Indonesia mengirimkan delegasinya untuk berpartisipasi dalam forum diskusi khususnya untuk sesi Panel V yang mengangkat tema mengenai Higher Education Under Financial Crisis: Strategies and Development. Delegasi tersebut dipimpin oleh Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri, (Rektor UI) yang didampingi oleh Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA (Wakil Dekan Fakultas Teknik UI), dan Jona Widhagdo Putri, B.A., M.A. (Protokol Pimpinan). Dalam diskusi panel tersebut, Rektor UI menyatakan bahwa krisis keuangan global kontemporer telah menempatkan lembaga pendidikan tinggi di posisi yang sulit. Di satu sisi, lembaga pendidikan tinggi membutuhkan dukungan keuangan yang memadai untuk unggul dalam persaingan akademik global. Di sisi lain, kurangnya dukungan finansial dapat menghentikan transformasi lembaga pendidikan tinggi menjadi salah satu di antara para elit di arena global. Ada tiga strategi inti bagi lembaga pendidikan tinggi untuk melewati krisis baru-baru ini, yaitu tiga pilar integrasi, antara lain: konsolidasi internal, horisontalism, dan kolaborasi. Pada akhir sesi, Rektor UI mendapatkan banyak undangan dari beberapa Universitas di China untuk berkolaborasi, serta beberapa Universitas yang mengundang Universitas Indonesia untuk dapat aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan serupa yang akan diselenggarakan pada tahun – tahun berikutnya.

Beijing Forum sudah dimulai sejak tahun 2004 dan selalu diadakan setiap tahun. Sejauh ini telah ada keterlibatan lebih dari 2.100 peserta termasuk politisi terkenal dan sarjana lebih dari 40 negara dan wilayah di seluruh dunia. Beijing Forum meyakini bahwa melalui integrasi perdamaian dalam peradaban maka kita dapat mempromosikan dan menjaga kemajuan masyarakat dunia. Pada akhir acara, Presiden Zhou Qifeng, atas nama panitia dan komite akademik Beijing Forum, mengumumkan bahwa Beijing Forum ketujuh akan diadakan di Beijing pada tanggal 5-7 November, 2010. (Vra)

Nota Kesepakatan Bersama Antara UI dengan PERPIT

Universitas Indonesia (UI) bersama Perhimpunan Pengusaha Indonesia Tionghoa (PERPIT) menandatangani nota kesepakatantentang Pendidikan dan Pemberian Beasiswa pada Rabu (16/12) bertempat di The Ritz Carlton Grand Ball Room Pacific Place. Acara ini dibuka dengan sambutan oleh Dewan Pendiri Perpit, diwakili oleh Halim (Yang Khe Lim). Kemudian dilanjutkan dengan Pembacaan Surat Keputusan dan Pengankatan Ketua Perpit yang baru periode 2009 s/d 2014, sekaligus menyerahkan Surat Pengangkatan oleh Halim dan penyerahan Bendera Perpit oleh Hasan kepada Ketua Umum Perpit terpilih yang baru Tahir. Penandatanganan nota kesepakatan ini juga dihadiri oleh Dr. Agung Laksono selaku Menteri Koordinator Kesejahteraan Sosial RI, Sunardji SE, MM selaku Wakil Rektor III UI, dan Arie Setiabudi S, Drs, MSc selaku Direktur Hubungan Alumni. 

Nota Kesepakatan Bersama ini antara UI dengan PERTI ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi dari kedua pihak tersebut. Jangka waktu dari Kesepatakan Bersama ini berlaku selama 1 Tahun tahun dengan ruang lingkup yang meliputi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Penyelenggaraan Kegiatan Enterpreneur, Pemberian Beasiswa bagi Mahasiswa PERPIT, Bantuan pembangunan infrastruktur untuk mendukung program kerja sama melalui mekanisme hibah lepas dan Kegiatan lain yang disepakati.(Vra)

Nota Kesepakatan UI dengan CIMB Niaga Tbk

Universitas Indonesia (UI) bersama Bank CIMB Niaga Tbk.menandatangani nota kesepakatan tentang pengadaan laboratorium perbankan untuk program mini banking pada Kamis (17/12) bertempat di Gedung Graha Niaga, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta. Penandatangan nota kesepakatan ini dihadiri oleh Harsya Denny Suryo selaku corporate Affairs Head CIMB Niaga, Drs. Ak Tafsir Nurchamid,M.Si Wakil Rektor II UI serta para saksi L.Wulan Tumbelaka, compliance, corporate affairs & legal Director CIMB Niaga dan Dr. Muhammad Hikam, M.Sc, Ketua program Vokasi UI.

Kerjasama ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas laboratorium perbankan untuk program mini banking yang akan disediakan untuk program vokasi Universitas Indonesia. Dengan adanya fasilitas laboratorium perbankan, maka para mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan untuk menguji dan melatih lebih lanjut pengetahuan mereka selama proses belajar mengajar yang dapat dilaksanakan di mini banking.
Foto Bersama

Program ini diwujudkan dalam bentuk fasilitas laboratorium perbankan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar mengelola keuangan secara efektif dan efisien sesuai dengan pendidikan yang tengah ditempuhnya. Bank-bank mini dalam laboratorium perbankan akan didirikan seolah-olah seperti bank-bank yang sesungguhnya.Disini mahasiswa dapat diajarkan bagaimana mengelola keuangan sebagaimana layaknya di dunia perbankan.(Vra)

Promosi Doktor Endri, "Integrasi Pasar Saham di Negara ASEAN-5: Aplikasi model Structural VAR."

ndri (42), Staf pengajar Magister Manajemen Institut Perbanas, berhasil meraih gelar Doktor Ekonomi dengan kekhususan Manajemen Keuangan, setelah mempertahankan disertasinya atas keberatan para pengujinya, yang berlangsung hari Rabu siang (23/12) di Gedung Pusat Antar Universitas (PAU) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) di Kampus Depok.

Bertindak sebagai promotor Prof. Akhmad Syakhroza. Ph.D dengan Ko-promotor Bambang Hermanto. Ph.D dan Prof. Dr. Adler H. Manurung sertapara penguji Prof.Dr. Soeroso, Dr. Irwan Adi Ekaputra, Dr. Cynthia Afriani, Dr. Buddi Wibowo, dan Dr. Andi Irawan. Sidang promosi doktor dipimpin langsung oleh Firmanzah, SE., MM., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi UI. Hasil yudisium dengan nilai "sangat memuaskan" telah diperoleh pria yang pernah menjadi pemenang ke-2 untuk Best Paper Award Journal of Indonesian Economy and Business (JIEB) 2009.

Derajat integrasi pasar saham negara-negara ASEAN-5 berdasarkan uji kointegrasi baik secara bivariat maupun multivariat menunjukkan hasil yang masih rendah. Pasar saham ASEAN-5 hanya terkointegrasi dengan satu vektor signifikan selama periode sebelum krisis. Dengan memasukkan pasar saham AS dan Jepang dalam pengujian kointegrasi maka hal tersebut dapat meningkatkan derajat integrasi pasar saham ASEAN-5. Masalah inilah yang diangkat oleh Endri pada disertasinya yang berjudul "Integrasi Pasar Saham di Negara ASEAN-5: Aplikasi model Structural VAR." Penelitiannya tersebut berusaha untuk menginvestigasi integrasi pasar saham di Negara-negara kawasan ASEAN-5 yang tergolong ke dalam pasar saham yang sedang berkembang, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Fhilipina dan mengaitkannya dengan pengaruh pasar saham kuat dunia yaitu pasar saham AS dan pasar saham Jepang yang keduanya tergolong pasar saham yang yang telah maju. Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan kerangka Model SVAR dengan analisis yang terdiri dari: Uji kointegrasi. Struktur hubungan contemporaneous, impulse response function, dan forecast error variance decompositions untuk mendeteksi dan mengidentifikasi hubungan dinamis janhgka panjang (kointegrasi) dan hubungan dinamis jangka pendek pasar saham ASEAN-5 aplus AS dan Jepang dsebelum dan sepanjang krisis keuangan global.

Endri menyelesaikan pendidikan S1 Ilmu Ekonomi dan studi pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta, Padang kemudian melanjutkan pendidikan masternya di masteral program (MA in Health Economics), School of Economics, University of The Philippines, Diliman, Quezon City, Filipina dan Program magister Bidang Studi Ilmu Ekonomi Kekhususan Keuangan Internasional, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain aktif sebagai peneliti, Endri juga banyak menulis untuk jurnal yang telah terakreditasi secara Nasional maupun Internasional. Salah satu jurnalnya yang telah terakreditasi secara internasional adalah Strengthening Financial System Stability Through Enchancing Intermediery Function and Efficiency of Regional Development Bank, Journal of Indonesian Economy and Business (JIEB), Vol. 24, No. 1, Januari 2009.

Temuan empiris dalam penelitian ini memberikan implikasi terhadap teori portofolio modern yang menganjurkan kepada investor untuk mendiversifikasi asetnya pada pasar saham antar negara jika derajat integrasinya masih rendah atau tidak saling terkointegrasi. Oleh karena itu, bagi investor internasional dengan horison investasi jangka panjang dan strategi manajemen portofolio pasif masih dimungkinkan untuk memperoleh manfaat potensial dari diversifikasi jika membentuk portofolio internasional dalam pasar saham ASEAN-5. Menurut pria yang saat ini beraktivitas sebagai Dosen Program Magister Manajemn (MM) ABFI Institut Perbanas, penelitian ini juga membawa implikasi bagi pengambil kebijakan baik ditingkat domestik maupun regional bahwa penyatuan (integration) pasar saham ASEAN sangat efektif dilakukan untuk memperkuat daya tahan (immunity) struktur pasar saham dari pengaruh gejolak eksternal, terutama yang bersumber dari krisis keuangan yang terjadi di AS. (Vra)

Wednesday, February 10, 2010

Seminar Sehari Pra Nikah: Bekali Diri Raih Kebahagiaan Hakiki, 07 Feb 2010 @PPSDMS,Depok. Sesi I: Konsep Rumah Tangga dalam Islam

Konsep rumah tangga dalam Islam oleh Ustadz Hilman

Dalam hidup, ada proses atau fase – fase hidup yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu fase yang akan dilalui adalah fase pernikahan. Sebuah pernikahan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, pernikahan adalah fase yang harus dilalui dalam hidup. Ada 5 hal mendasar yang mengatur pernikahan:
1. Menyambut panggilan Islam
Pernikahan itu merupakan ketetapan Ilahi dan dalam sunnah Rasul pun telah ditegaskan bahwa Nikah adalah Sunnahnya. Mengapa fase menikah ada? Fase menikah ada untuk menyambut kebutuhan fitrah kita sebagai manusia, dengan menikah maka makin sempurnalah kefitrahan kita. barangsiapa mencintai seseorang dan menyayanginya, perasaan-perasaan orang ini (kekasihnya) akan masuk dalam hitungan perasaannya dan rohaninya, sehingga menjadikan keadaan berpasang-pasangan sebagai suatu proses kesatuan fisik dan rohani dan sebagai salah satu bentuk kelekatan yang mendekati kesatuan.
Inilah yang diungkapkan oleh Al-Qur'an al- Karim,
"Mereka (kaum wanita) adalah pakaian bagi kalian (kaum pria) dan kalian juga pakaian bagi mereka. " (QS. al-Baqarah: 187). Oleh karena itu, hubungan suami istri yang fitrah adalah sesuatu yang diagungkan Allah.

2. Pemeliharaan Akhlak dan Moralitas
Dengan pernikahan maka kita dapat memelihara akhlak dan moralitas. Bila ditinjau dari segi akhlak pernikahan penting sekali untuk memelihara individu dari kerusakan akhlak dan sekaligus untuk memelihara masyarakat dari dekandensi moral.

3. Memunculkan ketentraman batin
Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, supaya muncul suatu ketenangan, kesenangan, ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Hal ini tentu saja menyebabkan setiap laki-laki dan perempuan mendambakan pasangan hidup yang memang merupakan fitrah manusia,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS.Ar-Rum : 21)

4. Memperluas kekerabatan dan kerjasama antar umat islam
Dalam pembentukan keluarga, Islam mempunyai tujuan yaitu untuk mewujudkan ikatan dan persatuan. Sehingga dengan adanya ikatan tali pernikahan serta kaitan keturunan maka diharapkan akan mempererat tali persaudaraan antar anggota masyarakat, antar jamaah dan antar bangsa. Islam memandang bahwa dengan adanya ikatan pernikahan itu dapat atau diharapkan akan meningkatkan derajat pelakunya ke jenjang yang lebih mulia dan Islam pun memandang bahwa pembentukan keluarga adalah sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam

5. Terciptanya regenerasi masyarakat muslim dengan keturunan yang shaleh
Menikah tidak hanya sekedar kebutuhan biologis semata, tidah hanya status sosial, dan tidak hanya takdir Allah tapi menikah memiliki tujuan. Tujuan menikah itu salah satunya adalah untuk 'Alwaduud wal waluud', yaitu sebagai cerminan kasih sayang dan melahirkan anak. Artinya, tujuan memelihara keturunan dan memperbanyak umat bisa tercapai melalui sebuah pernikahan.

"Menikahlah kamu dengan beranak turun, sungguh aku bangga dengan banyaknya kamu sebagai umatku di hari kiamat nanti." (HR Baihaqi).

Sabda Rasulullah s.a.w:
Jika mati anak Adam terputuslah amalannya melainkan tiga perkara: Ilmu yang boleh dimanfaatkan, sedekah jariah (yang manfaatnya terus-menerus) serta anak yang saleh yang mendoakannya (dengan yang baik).



Sesungguhnya ada beberapa hal yang harus dibangun dan dipahami mengenai apa esensi dari menikah. Sesungguhnya yang harus dibangun adalah :
1. Bahwa menikah adalah ibadah
Menikah dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah dan menghindari murka Allah.

2. Bahwa menikah adalah berdakwah
Dengan menikah, maka alternative untuk berdakwah menjadi lebih luas. Karena apabila kita sudah menikah, maka kita akan melalui tahapan – tahapan yang lebih lanjut. Tahapan – tahapan dimana kita akan melalui proses belajar di dalamnya. Sesama anggota keluarga bisa saling memperbaiki dan mengingatkan. Suami mendakwahi istri, istri mendakwahi suami, mendidik anak untuk menjadi generasi islami pun adalah berdakwah.

3. Bahwa menikah adalah proses pembangunan peradaban yang lebih baik
Dengan menikah, maka kita memiliki tugas mulia yang baru untuk mendidik generasi yang jelas membutuhkan kesiapan mental yang kuat dan kelapangan hati yang ikhlas serta pengetahuan yang memadai. Meletakkan bata-bata kecil untuk proses pembangunan peradaban yang lebih baik lagi.

Dalam pernikahan atau proses menuju perikahan, peran orang tua menjadi hal yang sangat penting. Peran masyarakat, wali dan orang – orang sekitar pun juga menjadi hal yang penting. Karena bagaimanapun juga hal tersebut adalah tanggung jawan dari masyrakat, wali, dan orang sekitar.

Allah s.w.t telah berfirman:
“Dan nikahkanlah orang bersendirian (belum nikah) di antara kamu” (an-Nur: 32)

Dalam hal ini, wali harus mengkondisikan agar anaknya mudah dalam melalui proses menikah. Karena setelah akil baliq, alat reproduksi telah berfungsi secara normal. Apabila seseorang telah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaknya wali bisa mengkondisikan untuk menikahkan anaknya. Karena alat reproduksi telah berfungsi secara normal maka salah satu cara yang harus dilakukan untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan adalah dengan menikah. Itu adalah kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah, oleh karena itu janganlah kita menjadi kufur nikmat. Maka menikahlah sebagai bentuk rasa bersyukur atas kenikmatan yang telah Allah berikan.

Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Nikah itu adalah sunnatku, maka barangsiapa yang benci kepada sunnatku, niscaya telah membenci aku.”

Menikah memang tidak sembarang menikah. Memilih pasangan hidup pun tidak sembarag memilih. Ada beberapa criteria yang harus dimiliki oleh calon pasangan. Perempuan yang dinikahi harus dilihat dari:
1. Keturunannya
Hendaklah wanita itu dari golongan keturunan yang baik, maksudnya dari kaum yang terkenal menjaga urusan agamanya dan termasyhur dengan perjalanannya yang lurus. Sebab wanita dari rumahtangga yang seumpama itu akan memelihara dan mendidik putera-puterinya pada jalan yang diredhai oleh Allah dan RasulNya.

2. Kecantikannya
Manis atau cantik rupanya; ini juga sering dituntut oleh orang kerana dengannya akan terpelihara diri dari mencari yang lain, sebab tabiat manusia biasanya tiada puas dengan isteri yang buruk rupa. Jika disebutkan supaya memilih yang teguh agamanya bukanlah berarti melarang memilih yang cantik rupanya.

3. Harta Kekayaannya ( Status Ekonomi Sosial )
Ada juga yang memilih jodoh karena calon istri/suami punya harta yang banyak. Inipun tidak dilarang. Tetapi sebaik-baik pilihan adalah karena agama.

4. Agamanya
Hendaklah isteri itu seorang yang saleh dan berpegang teguh kepada agama, yang termasuk ke dalam kategori agama adalah baik budi pekerti dan akhlaknya.

Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Wanita itu dikawini kerana hartanya atau kecantikannya, keturunannya atau agamanya, maka hendaklah anda memilih yang mempunyai agama yang kukuh, niscaya anda akan bernasib baik.”

“Nikahilah kalian orang – orang yang beragama, karena itulah puncak seseorang mendapat kebahagiaan”

Ketika kita sudah menetapkan satu pilihan, maka ber - istikharah - lah. Istikharah bukanlah memilih satu pilihan diantara 2 pilihan. Tetapi tetapkan dulu satu pilihan setelah itu baru ber istikharah. Perlu diingat, tidak ada lelaki yang sempurna dan tidak ada wanita yang sempurna, jangan terlalu banyak syarat ketika harus memilih pasangan hidup.

”Ambillah istri, karena beristri lebih membuka pintu rizki bagi kamu.” (HR. Thusiy)
Dari Abu hurairah bin Amr bin Ash R.A, Rasulullah SAW sungguh telah bersabda,

”Dunia ini laksana perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang shalih.”

To be continued…
Next: Sesi II, Manajemen rumah tangga dalam islam oleh Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS