Barakallahu laka wa baraka 'alaik wa jama'a bainakuma fi khair
Sudah lama gak nulis dan sekarang saya merasa ingin sekali menulis. Kenapa saya menulis topik ini? Ya, karena pasti akan ada moment saya upload foto kebersamaan keluarga baru saya yang jumlahnya jadi lebih banyak. ini bukan tentang poligami ya, saya mah gamau di-poligami. Ini mungkin gak penting bagi sebagian orang, tapi penting buat saya, atau mungkin pernah ada yg merasakan di posisi saya atau mungkin suatu saat nanti kita mengalaminya.
Ditinggal ibu meninggal pasti adalah salah satu hal yg terberat dalam hidup. Dan kata orang, you never know the feelings until you experience them. Dan dalam waktu 1 tahun 5 bulan ternyata papa mau menikah lagi. Jangan kira itu hal yg mudah. Karena saya sudah cari informasi, ada yang keluarganya jadi tidak harmonis hubungannya karena ada anak yang setuju dan tidak setuju orangtuanya menikah lagi. ekspresi wajar kita ketika mengetahui papa sudah ada calon adalah kaget, setelah itu kita senang karena artinya papa bisa move on. Karena selama ini di komplek dan di keluarga, sudah terkenal papa mama pasangan paling romantis dsn dijadikan contoh. Tapi pada akhirnya, papa jatuh karena merasa begitu kehilangan mama.
Sempet terpikir papa akan seperti habibie, apalagi pasca mama meninggal persis sekali tiap jumat papa selalu ke makam gak pernah absen, bikin tulisan untuk mama sambil menangis, dll. Sempet terpikir, masyaallah, papa segitu cintanya sama mama, keren kayak habibie. Tapi, pada akhirnya itu gak bikin anaknya malah jd bangga, malah makin lama bikin kita jadi sedih karena liat papa semakin kurus.
Tapi, respon orang lain belum tentu se-woles respon dua anak perempuannya ini. Ada yang kaget, ada yang 'ngenyek' dan bertanya, "kok bisa??" dan mulai menyentuh ranah kesetiaan. Menurut saya, kesetiaan bukan diukur dari kita menikah lagi atau tidak setelah pasangan kita meninggal. Menikah lagi bukan berarti melupakan, kan. Seperti kisah film up, ellie tulis pesan untuk carl, "thanks for the adventure, now go have a new one!". Yang penting menurut saya adalah selama di dunia kita sudah melakukan yg terbaik dan selalu setia terhadapnya. Karena, cinta yang hakiki itu sejatinya juga hanya milik Allah. Cinta kepada Allah. Jadi, gak ada istilah cinta mati.
Papa pun hingga kini banyak perubahan, hal baik yang mama lakukan tertular ke papa, papa tidak pernah putus tahajjud dan selalu mengaji sampai pagi setelah subuh di masjid. Padahal dulu harus mama yang membangunkan, tapi semua sekarang otomatis papa lakukan. Setiap malam jumat dan hari jumat papa juga selalu khusus berdoa dan mengaji sungguh-sungguh untuk mama. Menurut saya itu sudah cukup membuktikan cinta beda dunia diantara keduanya.
Saya pun sudah bilang ke suami, kalau suatu saat saya meninggal duluan, silahkan saja menikah lagi, dengan niat lurus untuk ibadah. saya tidak akan membebani dengan pernyataan tidak boleh menikah lagi. Karena pada hakikatnya, suami saya adalah milik Allah, dan begitupun takdir siapa yang akan meninggalkan dan ditinggalkan. Karena seiring berjalannya waktu, kita tidak tau apa yang terjadi dan semampu apa seorang laki-laki harus hidup tanpa pasangan. Sudah digariskan, seorang laki-laki memang membutuhkan sosok wanita, bukan hanya utk dorongan biologis saja tetapi teman untuk mensupportnya, membuat masakan yg enak untuknya, mengingatkan keperluan hariannya, dan semua kegiatan lain dengan cinta tulus dari seorang istri.
Siapa yang tidak ingin punya orangtua yang masih lengkap, melihat mereka menua berkeriput bersama dan bermain dengan anak-anak kita. Tapi hal tersebut tidak saya alami. Dan saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana garis wajah cantik ibu saya berkeriput.
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/t4c/1/16/1f642.png?_nc_eui2=AeGQUOBzL0RWs3INu3gMbVZY9vMnvtrJxwWHmOXk2hLjUMZqJ_u-YhhxpkKm-ktZoFT77HvNmzB74MSf0RF4X3XJJWWz2hCeq48HkGtSISHN3w)
Siapa yang tidak ingin mempunyai keluarga yang 'normal', yang bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan orangtua kandung yang melahirkan kita. Saya rasanya salut sekali dengan anak-anak yang bisa menerima orangtuanya menikah lagi karena orangtuanya bercerai akibat konflik pribadi. Karena, sangat butuh kelapangan hati bagi si anak untuk menerima kondisi keluarganya yang tidak sempurna lagi. Padahal kondisi orangtua saya berpisah karena Allah bilang sudah habis waktu di dunia untuk bersama. Tapi, perasaan seperti 'iri' melihat orang lain yang orangtua kandungnya masih lengkap dan menua bersama cucu-cucunya terkadang wajar masih hinggap didalam hati.
Ini adalah wujud rasa sayang kami terhadap papa
Ya, ini adalah seni melapangkan hati, khususnya untuk kami dua anak perempuannya. Dan belajar lagi tentang ikhlas untuk menerima takdir atas apa yang sudah Allah gariskan.
Karena kita harus selalu yakin, Allah lebih mengetahui skenario yang terbaik untuk kita
![](https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/t4c/1/16/1f642.png?_nc_eui2=AeGQUOBzL0RWs3INu3gMbVZY9vMnvtrJxwWHmOXk2hLjUMZqJ_u-YhhxpkKm-ktZoFT77HvNmzB74MSf0RF4X3XJJWWz2hCeq48HkGtSISHN3w)
Savira anchatya putri
Minggu, 26 Maret 2017
P.s: terima kasih untuk keluarga yang sudah hadir merestui dan mendoakan
special thanks untuk suami si pak irvan dugong dan si sepupu vike bumil metal. You know me so well~
0 komentar:
Post a Comment