Pages

Saturday, October 14, 2017

Kehadiran adik baru dalam kehidupan kakak - kehamilan trimester pertama

Pernahkah kamu merasa masih banyak salah jadi ibu? Merasa.. Masih banyak kurangnya. Masih belum bisa sesabar itu mengelola emosi di kondisi yg sedang kurang kondusif harus menghadapi bocah kecil yang sudah punya keinginan sendiri selayaknya kita yang juga punya keinginan


Mungkin itulah kenapa beberapa kali saya pernah liat artikel mengenai bagaimana seorang ibu juga harus bisa memaafkan dirinya sendiri dan menurunkan standarnya bahwa tidak semua hal harus dilakukan dengan sempurna karena tidak ada ibu yang sempurna dan tidak pernah berbuat salah. Karena memang, ada ibu-ibu yang terkadang merasa seperti itu, termasuk, saya saat ini. 

Pengalaman kedua ini.. adalah hal yang saya nantikan. Hanya saja entah kenapa, terjadi perubahan pada anak sulung kesayangan saya yang biasanya sangat terbuka dengan bundanya, selalu bilang maunya apa, tapi belakangan.. Dia uring-uringan. Tiba-tiba akting jadi kayak bayi, cadel-cadelin omongan, bundanya mondar-mandir dirumah diikutin, ke kulkas depan mata minta dianterin padahal bundanya baru napakin p*nt*t yang dari tadi belum dipersilahkan duduk oleh sapu dan mesin cuci. kalau ada maunya dia nggak kasih tau dengan jelas maunya apa, cuma merengek dan membiarkan bundanya menebak-nebak. Kalau salah tebak? Hancur dunia persilatan. Bundanya akan salah terus sampai dia mereda sendiri. Soal makan, jangan ditanya, dia masih setia dengan gelar picky eaternya. Sedangkan bundanya udah stress berat badannya cuma turun naik di situ-situ aja. Dan sekarang makin drama kalau udah urusan makan karena.. dia, uring-uringan.



Saya dulu punya pengalaman pertama kayak badak, gak terlalu ngerasain apa-apa, semua makanan disikat. Kerjanya berangkat kantor, makan, pulang,tidur, ngantor lagi, karena waktu itu masih tinggal dirumah mama dan ada ART. Rasanya sekarang kayak pengalaman pertama lagi. Maag, sakit kepala berhari-hari, sakit pinggang, diare, hb rendah. Tapi.. saya tau ini masih belum seberapa dibandingkan ibu lain yang mengalami hiperemesis. Hanya saja, ketika mual melanda dan saya butuh waktu untuk meredakannya supaya gak muntah (dengan cuaca yang lagi masyaallah panas-panasnya), anak saya yang biasanya selalu mendapat curahan perhatian dari bundanya kapanpun tiba-tiba malah sulit diajak negosiasi. Padahal biasanya, dengan kondisi normal, kalau dia lihat bundanya lagi gaenak badan, dia masih bisa menahan diri dulu dan bilang "bunda, cepet sembuh ya, bunda istirahat aja dulu". Tapi semenjak saya mulai sounding mengenai apa yang sekarang sedang saya alami, kuat sekali keinginan dia untuk harus langsung diperhatikan sama bundanya.


Selama 3 tahun 8 bulan kehidupannya bocah kecil si cucu pertama ini juga terbiasa hidup menjadi pusat perhatian banyak orang dirumah. Mama, papa, tante, abi dan bunda. Lagi bete sama bunda atau bunda lg sibuk beres-beres dia lari ke tantenya, dst. Sehingga di 6 bulan pertama kami tinggal sendiri, neira jadi sangat protektif ke bundanya. Termasuk ke abinya juga, yang biasanya dulu gak terlalu nungguin abinya pulang kantor, sekarang masih sore aja dia sudah complain "abi, lama deh belom pulang juga". Dan ternyata ini berpengaruh dengan kondisi saya yang saat ini butuh sedikit kerjasama dari dia ketika badan saya merasa lagi kurang fit standby untuknya. Awalnya, walau jadi protektif, tapi dia jadi lebih mandiri, karena gak ada lagi eyang dan tantenya yang bisa manja-manjain dia atau belain dia selain abi bundanya
Tapi setelah sudah mulai di sounding mengenai fase baru yg akan kita lalui, kondisi-kondisi seperti disaat bundanya lagi nahan muntah tapi dia minta bundanya duduk main lego sambil bercerita, tiba-tiba malah menjadi sebuah drama yang berujung pada tantrum. Entah kenapa, yang kedua ini saya juga jadi suka pengen nangis tanpa sebab yang jelas. Cuma pengen nemplok ke suami, dan kalo ditanya, "kamu kenapa bun?" , jawabannya "gatau".
Sepertinya memang bunda harus punya stok sabar yang lebih banyak untuk memberi pengertian ke si calon kakak. Oke, semoga di trimester kedua kakak sudah bisa memulai memahami kondisi yang ada.


Sampai jumpa di postingan berikutnyaa..

0 komentar:

Post a Comment