Kehamilan trimester 2, alhamdulillah di trimester 2 si calon kakak ternyata sukses memahami bahwa bundanya sedang mengandung sang adik dan ia sebentar lagi akan menjadi kakak. Kakak begitu menyayangi bunda dan calon adiknya, dia sangat perhatian, membuatkan susu hamil, mengingatkan minum vitamin, sampai menawarkan untuk menggandeng bundanya saat dikamar mandi, serta hal sweet lainnya. Tapi, di trimester kedua ada tantangan lain buat bunda. Apakah ituuu??
Orang pikir mungkin kehamilan kedua akan lebih mudah karena sudah tau selahnya dan sudah berpengalaman. Saya pun berpikir begitu, tapi ternyata saya salah total, hahaha.
Entah karena kondisi fisik yang tidak se-prima kehamilan pertama atau karena kurangnya persiapan tubuh sebelum kehamilan. Karena di kehamilan kedua ini saya merasa badan saya jauh lebih cepat lelah, gampang tertular flu, demam dan banyak keluhan lainnya. Di kehamilan pertama, saya hamilnya bisa dibilang santai. Orang bilang hamil kebo. Karena gak ada keluhan apapun, lebih fit, hanya sana sempat flu di trimester akhir. Kalau di kehamilan kedua ini, Di trimester pertama saya mengalami mual di pagi hari, maag yang sering kambuh perih dan panas, vertigo, HB rendah, sakit kepala.
Kemudian, di trimester kedua, saya mulai mengalami keluhan yang tidak disangka. Tiba-tiba gusi bengkak, saya diamkan saja tapi makin lama semakin tidak nyaman, dan ketika sedang mengantar anak saya ke dokter gigi, saya sekalian cek, ternyata ada nanah yang cukup besar. Awalnya saya tidak mau antibiotik, padahal kata dokter agar nanahnya cepat keluar harus minum antibiotik 3 - 5 hari. Tapi karena saya takut, dokter mempersilahkan saya untuk coba kompres air hangat dari pipi agar nanah cepat keluat serta kumur air garam, tapi tidak ada perubahan. Akhirnya saya menyerah dan minum antibiotik selama 3 hari, akhirnya berangsur reda dan nanahnya keluar.
Selang 1 bulan kemudian, saya ada keluhan sakit gigi, karena tiba-tiba saja tambalan geraham saya copot, awalnya saya diamkan karena masih ada tambalan dalamnya, jadi hanya penutup luar tambalannya yang copot. Tapi ternyata, kuman begitu cepat masuk kedelam gigi yang berlubang besar, akhirnya saya pun mengalami sakit gigi! Tadinya saya pikir, okelah paling tinggal ditambal selesai. Tapi ternyata, setelah dokter membuka tambalan gigi terdalam, beliau memberitahukan bahwa gigi saya sudah tidak bisa ditambal lagi karena di dasarnya sudah terbelah kepecah menjadi 2 bagian. Dokter menyarankan untuk melakukan pencabutan gigi. Mendengarnya saya langsung takut dan mencrari berbagai informasi. Banyak artikel mengatakan bahwa tidak direkomendasikan mencabut gigi saat hamil karena akan mengakibatkan kontraksi. Tapi, bila gigi berlubang dibiarkan akibatnya pun akan buruk. Karena infeksi pada gigi, kumannya bisa masuk melalui plasenta. Dan tentunya ibu pun akan tersiksa selama kehamilan menahan sakit gigi. Saya sempat galau berhari2, tanya sana sini. tapi ternyata intinya, jangan menyimpulkan atau ambil keputusan sendiri. Langsung saja tanya dokter kandungan kita dan dokter gigi yang menangani kita. Setelah itu, saya menanyakan pada dokter kandungan saya, beliau memang terkrnal tipikal dokter yang sangat lembut, positif dan menenangkan, Dr. Nining namanya, di RS Hermina depok. Beliau tidak menakuti saya soal infeksi kuman dan sebagainya. Beliau hanya bilang kalau harus dicabut ya dicabut saja daripda ibu tersiksa kesakitan. Setelah dicabut, masalahnya selesai toh, lagipula sudah di trimester 2, ini adalah waktu yang aman untuk pencabutan gigi (kalau trimester 1 atau 3 kurang direkomendasikan).
Akhirnya dengan mengantongi izin beliau, saya kembali ke dokter gigi, Drg. Qiptiawati. Tapi ternyata, gusi saya masih bengkak dan bernanah lagi. Sehingga beliau meresepkan antibiotik kembali. Bila sudah sembuh baru bisa dilakukan pencabutan. Tetapi, karena kondisinya sudah pecah didasar gigi. Maka saya dirujuk untuk ke dokter bedah gigi rekomendasi dari beliau. Whattt?? Serem kali dengernya bedah gigi. Tapi karena saya sudah lelah dan kepikiran harus minum obat terus, akhirnya setelah gusi saya sembuh, saya pergi ke Dokter bedah, Drg. Nila utama, kliniknya terletak di nusantara, depok. Beliau adalah dokter senior yang juga praktek di hermina. Saya datang kesana dan sempat diberitahukan oleh bagian administrasi kalau ibu hamil tidak boleh cabut gigi, tapi bisa dicek dulu oleh drg Nila. Akhirnya dengan membekali izin dari dokter kandungan dan juga rekomendasi dokter gigi, saya memberanikan diri untuk dicabut, dengan keyakinan saya bahwa dokter Nila ini sudah jagi banget, beliau sudah sepuh dan membuat saya jadi rindu dengan aki saya yang sudah meninggal. Dan benar saja, ternyata bedah gigi gak semenakutkan itu, prosesnya cepat sekali setelah gusinya disuntik bius lokal beberapa kali. Selama proses bius dan cabut gigi, saya sambil tetap memperhatikan gerakan-gerakan janin yang alhamdulillah tetap aktif. Pencabutan gigi pun selesai. Biayanya pun jauh lebih murah dibanding di rumah sakit, hanya 400.000 saja, padahal saya baca-baca banyak yang biayanya mencapai 1 juta keatas. Kemudian, Keluar klinik saya belum merasakan sakit, tapi setelah diperjalanan efek bius sudah mulai hilang dan semakin lama semakin sakit, aahhh tidaaakk. Kata orang, efek biusnya bisa 2-3 jam, mungkin karena saya hamil diberikannya bius yang ringan. Dan ternyata sesakit itu sodara-sodara, saya sampai nangis dan susah tidur. Sebenarnya kalau setelah itu kita minum obat asam mefenamat dan parasetamol rasa sakitnya gak akan sesakit ini. Tapi karena saya tidak mau minum obat karena sudah terlalu sering obat (antibiotik saat gusi abses 2x, dan pasca cabut gigi juga harus minum antibiotik selama 5 hari), maka saya harus menerima resiko menahan sakit. Padahal dokter kandungan sudah bilang, gapapa kalau cuma 1-2 tablet asam mefenamat, tapi saya kekeuh gamau minum obat-obatan lagi diluar vitamin. Saat kesakitan perut saya terasa mengencang, mungkin kontraksi ringan. Tapi alhamdulillah pagi hari sudah tidak sakit lagi, saya sudah bisa makan bubur dan siangnya sudah makan nasi pakai geraham sebelahnya, hehehe.
Jadi, untuk para bunda yang lagi sakit gigi pas hamil, menurut saya lebih baik jangan dibiarkan berlarut-larut. Langsung konsultasi ke dokter gigi dam dokter kandungan kita. Karena selain tidak nyaman sakitnya, tidak sehat juga untuk kita janin kita. Setelah dicabut, seriusan sakitnya gak sampe 24 jam kok. Setelah itu masalah selesai. Dan gak perlu bolak balik ke dokter gigi lagi. Jadi, jangan takut ternyata gak semenyeramkan itu kok cabut gigi, cepet banget ternyata.
Dan yaak, Sakit di trimester 2 belum berakhir. Saya flu cukup parah, batuk sampai njegil dan pilek sampai lendirnya berubah warna kuning kehijauan. Akhirnya dengan sangat terpaksa karena pileknya sudah berubah warna, dokter memberi saya antibiotik dan obat flu untuk 5 hari. Nangis bombay obat terus. Alhamdulillah setelah itu saya sembuh dan berharap di trimester tidak ada drama sakit lainnya.
Tetap semangaattt.
Orang pikir mungkin kehamilan kedua akan lebih mudah karena sudah tau selahnya dan sudah berpengalaman. Saya pun berpikir begitu, tapi ternyata saya salah total, hahaha.
Entah karena kondisi fisik yang tidak se-prima kehamilan pertama atau karena kurangnya persiapan tubuh sebelum kehamilan. Karena di kehamilan kedua ini saya merasa badan saya jauh lebih cepat lelah, gampang tertular flu, demam dan banyak keluhan lainnya. Di kehamilan pertama, saya hamilnya bisa dibilang santai. Orang bilang hamil kebo. Karena gak ada keluhan apapun, lebih fit, hanya sana sempat flu di trimester akhir. Kalau di kehamilan kedua ini, Di trimester pertama saya mengalami mual di pagi hari, maag yang sering kambuh perih dan panas, vertigo, HB rendah, sakit kepala.
Kemudian, di trimester kedua, saya mulai mengalami keluhan yang tidak disangka. Tiba-tiba gusi bengkak, saya diamkan saja tapi makin lama semakin tidak nyaman, dan ketika sedang mengantar anak saya ke dokter gigi, saya sekalian cek, ternyata ada nanah yang cukup besar. Awalnya saya tidak mau antibiotik, padahal kata dokter agar nanahnya cepat keluar harus minum antibiotik 3 - 5 hari. Tapi karena saya takut, dokter mempersilahkan saya untuk coba kompres air hangat dari pipi agar nanah cepat keluat serta kumur air garam, tapi tidak ada perubahan. Akhirnya saya menyerah dan minum antibiotik selama 3 hari, akhirnya berangsur reda dan nanahnya keluar.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-1KCyXu-f6kEw_Y620USXtTVLeVyDRwgnaDjRhAyvpd6W407zky_NI8A0SZuua8R2TSbpDxrfRgNziPg7xowA1YaOyn683Uc_je0HaEYyAHV4EmTib9kKkQPVWRxs_DOZ85kkVYVceqBW/s320/Screenshot_2019-01-15-13-58-41-21.png)
Akhirnya dengan mengantongi izin beliau, saya kembali ke dokter gigi, Drg. Qiptiawati. Tapi ternyata, gusi saya masih bengkak dan bernanah lagi. Sehingga beliau meresepkan antibiotik kembali. Bila sudah sembuh baru bisa dilakukan pencabutan. Tetapi, karena kondisinya sudah pecah didasar gigi. Maka saya dirujuk untuk ke dokter bedah gigi rekomendasi dari beliau. Whattt?? Serem kali dengernya bedah gigi. Tapi karena saya sudah lelah dan kepikiran harus minum obat terus, akhirnya setelah gusi saya sembuh, saya pergi ke Dokter bedah, Drg. Nila utama, kliniknya terletak di nusantara, depok. Beliau adalah dokter senior yang juga praktek di hermina. Saya datang kesana dan sempat diberitahukan oleh bagian administrasi kalau ibu hamil tidak boleh cabut gigi, tapi bisa dicek dulu oleh drg Nila. Akhirnya dengan membekali izin dari dokter kandungan dan juga rekomendasi dokter gigi, saya memberanikan diri untuk dicabut, dengan keyakinan saya bahwa dokter Nila ini sudah jagi banget, beliau sudah sepuh dan membuat saya jadi rindu dengan aki saya yang sudah meninggal. Dan benar saja, ternyata bedah gigi gak semenakutkan itu, prosesnya cepat sekali setelah gusinya disuntik bius lokal beberapa kali. Selama proses bius dan cabut gigi, saya sambil tetap memperhatikan gerakan-gerakan janin yang alhamdulillah tetap aktif. Pencabutan gigi pun selesai. Biayanya pun jauh lebih murah dibanding di rumah sakit, hanya 400.000 saja, padahal saya baca-baca banyak yang biayanya mencapai 1 juta keatas. Kemudian, Keluar klinik saya belum merasakan sakit, tapi setelah diperjalanan efek bius sudah mulai hilang dan semakin lama semakin sakit, aahhh tidaaakk. Kata orang, efek biusnya bisa 2-3 jam, mungkin karena saya hamil diberikannya bius yang ringan. Dan ternyata sesakit itu sodara-sodara, saya sampai nangis dan susah tidur. Sebenarnya kalau setelah itu kita minum obat asam mefenamat dan parasetamol rasa sakitnya gak akan sesakit ini. Tapi karena saya tidak mau minum obat karena sudah terlalu sering obat (antibiotik saat gusi abses 2x, dan pasca cabut gigi juga harus minum antibiotik selama 5 hari), maka saya harus menerima resiko menahan sakit. Padahal dokter kandungan sudah bilang, gapapa kalau cuma 1-2 tablet asam mefenamat, tapi saya kekeuh gamau minum obat-obatan lagi diluar vitamin. Saat kesakitan perut saya terasa mengencang, mungkin kontraksi ringan. Tapi alhamdulillah pagi hari sudah tidak sakit lagi, saya sudah bisa makan bubur dan siangnya sudah makan nasi pakai geraham sebelahnya, hehehe.
Jadi, untuk para bunda yang lagi sakit gigi pas hamil, menurut saya lebih baik jangan dibiarkan berlarut-larut. Langsung konsultasi ke dokter gigi dam dokter kandungan kita. Karena selain tidak nyaman sakitnya, tidak sehat juga untuk kita janin kita. Setelah dicabut, seriusan sakitnya gak sampe 24 jam kok. Setelah itu masalah selesai. Dan gak perlu bolak balik ke dokter gigi lagi. Jadi, jangan takut ternyata gak semenyeramkan itu kok cabut gigi, cepet banget ternyata.
Dan yaak, Sakit di trimester 2 belum berakhir. Saya flu cukup parah, batuk sampai njegil dan pilek sampai lendirnya berubah warna kuning kehijauan. Akhirnya dengan sangat terpaksa karena pileknya sudah berubah warna, dokter memberi saya antibiotik dan obat flu untuk 5 hari. Nangis bombay obat terus. Alhamdulillah setelah itu saya sembuh dan berharap di trimester tidak ada drama sakit lainnya.
Tetap semangaattt.
Hi mba boleh tanya kondisi ketika melahirkan dan kondisi bayi sehat? Aku juga punya kasus yg hampir sama dokter nyaranin untuk cabut, tapi cari second opini dokter lain kok malah direkomendasikan tunda pencabutan sampai melahirkan,,, plus kalau mau dicabut dokter sarankan untuk dironsen pergigi(menggunakan apron diperut) jadi binguung
ReplyDeleteMbak, saya juga mengalami hal yg sama. Skr hamil TM 2 dan sakit gigi karena gigi bungsu lubang, sebenernya udah dari lama sih lubangnya tp krn blm siap mental u/ dicabut dan gk sakit jd ditunda2 sampai akhirnya hamil dan skr sakit bgt pgn dicabut aja. Oh ya klo mbak gigi yg mana yg dicabut? Kebetulan spesialis bedah mulut langgananku lg kuliah ke LN, jd bingung cari penggantinya krn aku cukup traumatik dg cabut gigi makanya pilih2 dokter gigi huhu.
ReplyDelete